salam


Kamis, 17 November 2011

Makalah SUKU BALI AGA

BAB I
PENDAHULUAN
Suku bangsa Bali meru Pakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaannya, sedangkan kesadaran itu diperkuatn oleh adanya bahasa yang sama walaupun ada kesadaran yang demikian, namun kebudayaan Bali mewujudkan banyak variasi dan perbedaan setempat. Disamping itu agama Hindu yang telah lama terintegrasikan ke dalam kebudayaan Bali, dirasakan pula sebagai suatu unsur yang diperkuat adanya kesadaran akan kesatuan itu. Banyk suku-suku di negara indonesia hampir semua kota-kota di indonesia mempunyai suku tersendiri.
Disini pemakalah akan sedikit menjelaskan tentang suku-suku yang ada di kota bali dan pemakalah memilih suku Bali Aga. Bali Aga disebut juga dengan suku pegunungan karena dari mereka bertempat tinggal di bukit pegunungan, akan lebih jelasnya bila mana membaca makalah ini sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Suku Bali Aga
Bali Aga adalah salah satu subsuku bangsa Bali yang menganggap mereka sebagai penduduk bali yang asli. Bali Aga disebut dengan Bali pegunungan yang mana sejumlah suku Bali Aga terdapat di Desa Trunyan. Istilah Bali Aga dianggap memberi arti orang gunung yang bodoh karena mereka berada didaerah pegunungan yang masih kawasan pedalaman dan belum terjemah oleh teknologi.
Penduduk Bali Aga bertempat tinggal di pegunungan karena mereka menghindari diri dari pendatang yaitu yang disebut Bali Hindu, yang berasal dari keturunan Majapahit. Orang Bali Traunyan mempunyai suatu metologi mengenai asal mula mereka yang menyebutkan adanya seorang dewi dari langit yang merupakan wanita leluhur, atas kekuatan sang surya dewi ini hamil dan melahirkan sepasang anak kembar banci dan perempuan. Anak perempuan itu kemudian menikah dengan Raja Jawa dan dari merekalah penduduk Trunyan atau bali Aga berasal.
Orang bali hindu menganggap Bali Aga kurang Halus dibandingkan dengan mereka. hal ini khususnya dinilai dari bahasa orang Bali Aga yang dianggap kasar dari pada bahasa orang Bali Hindu. Dalam sistim kekerabatan Bali Aga mengenal klen patrilineal yang disebut karang dan gabungan karang disebut dadia. peradabannya orang Bali Aga di Trunyuan mempunyai mata pencaharian bercocok Tanam di ladang. Mereka mempunyai kepercayaan Asli yang berpusat pada penyembahan Roh leluhur dan roh-roh lainnya dewa tertingginya bernama Ratu Sakti Pancaring jagat, yang bersemayam di meru tingkat tujuh di dalam kuil utama desa yang diperkirakan berasal dari zaman megalirikum.
Dalam hal kematian jenajah meninggal tidak dikuburkan didalam Tanah melainkan hanya dilatakan di atas Tanah pada tempat yang dianggap sebagi kuburan sampai tinggal tulang-tulangnya. [1]
Diwilayah pegunungan atau wilayah Bali Aga, terletak kuil-kuil (pura) yang dianggap suci oleh orang bali. Dalam bahasa Bali kaja berarti ke Gunung dan kelod berarti ke laut. Peninggalan-peningalan prasasti dari dari zaman bali-hindu menunjukkan adanya suatu bahasa bali kuno yang agak berbeda dengan bahasa bali sekarang, bahasa bali kuno itu, disamping mengandung banyak kata-kata Sansekerta, pada masa kemudiannya terpengeruh juga oleh bahasa jawa kuno.
2.2 Peradaban Suku Bali Aga
Di desa Bali didasari atas kesatuan tempat. Sebagian dari tanah di wilayahnya adalah milik warga desa disitu. Desa-desa pegunungan biasanya mempunyai pola perkampungan yang memusat, sedangkan desa-desa yang mempunyai sisitem banjar dan desa-desa didaerah dataran mempunyai pola yang terpencar.
Disamping kesatuan wilayah maka sebuah desa merupakan pula kesatuan keagamaan yang ditentukan oleh suatu kompleks kuil desa yang disebut kayangan tiga ialah pura puseh, pura bule-agung, dan pura dalem. Jika disatukan masyarakat disitu menyebutnya pura desa.
Bahwasanya suku Aga hal-hal yang yang dianggapnya keramat diletakkannya pada arah gunung kaja, sedangkan hal-hal yang biasa diletakan pada arag laut. Pada suku ini memiliki sisitem banjar, maka ada bangunan bale banjar tempat warga banjar mendapatkan rapat dan kegiatan-kegitan lainnya, sedangkan di sekelilingnya. [2]
2.3 Adat Istiadat dan kepercayaan Suku Bali Aga
BALI memang dikenal memiliki adat istiadat yang beraneka ragam. Adat istiadat yang dominan bernafaskan Hindu tersebut menyimpan berbagai upacara keagamaan, mulai dari dewa yadnya, pitra yadnya, manusia yadnya, hingga buta yadnya. Di Bali timur (Karangasem), upacara-upacara keagamaan itu masih sangat kental dan masyarakat pun sangat antusias melakoninya.
Dalam setiap prosesi upacara keagamaan senantiasa disertai dengan kegiatan makan bersama alias magibung. bahwa masyarakat di sana masih berpegang teguh pada tradisi yang diwarisi secara turun temurun.
Masyarakat Suku Bali Aga pada umumnya hidup di daerah pegunungan mereka menganggap daerah pegunungan sebagai tempat yang suci, karena itu didaerah pegunungan banyak terdapat pura dan kuil-kuil, bangunan yang dianggap suci melimpah dan dominan di Bali.
Menurut kepercayaan mereka, manusia adalah bagian dari Alam. Kalau manusia terdiri atas jasmani dan rohani, maka alam tersusun dari bumi sebagai jasmani dan manusia sebagai rohani.[3]
Di Bali Aga terdapat tempat suci yang disebut Wantilah yang mana tempat ini biasanya digunakan untuk menyambung ayam dan dianggap sebagai persembahan dewa-dewa. Pura puseh adalah tempat yang terdapat didalam desa dan dianggap sebagai tempat arwah nenek moyang mereka. pura bale agung yang juga terdapat didalam desa dan dianggap sebagai pura kehidupan sehari-hari. Pura dalam dianggap sebagai pura dewa kematian dan neraka.
2.4 Kebudayaan Suku Bali Aga
Pulau Bali merupakan propinsi Indonesia yang sebagian besar penduduknya memeluk agama yang sama yaitu Hindu. Seluruh aspek kehidupan Bali juga sangat dipengaruhi oleh adat-istiadat, hal ini terjadi karena masyarakat bali mempunyai kesadaran akan kebudayaan yang tinggi untuk mempertahankan kebudayaannya, budaya hindu bali yang merka anut, merupakan perpaduan antara agama hindu yang datang dari india, budha dan kepercayaan bali Aga.[4]
BAB III
KESIMPULAN
Bali Aga adalah salah satu subsuku bangsa Bali yang menganggap mereka sebagai penduduk bali yang asli. Bali Aga disebut dengan Bali pegunungan yang mana sejumlah suku Bali Aga terdapat di Desa Trunyan. Istilah Bali Aga dianggap memberi arti orang gunung yang bodoh karena mereka berada didaerah pegunungan yang masih kawasan pedalaman dan belum terjemah oleh teknologi.
BALI memang dikenal memiliki adat istiadat yang beraneka ragam. Adat istiadat yang dominan bernafaskan Hindu tersebut menyimpan berbagai upacara keagamaan, mulai dari dewa yadnya, pitra yadnya, manusia yadnya, hingga buta yadnya. Di Bali timur (Karangasem), upacara-upacara keagamaan itu masih sangat kental dan masyarakat pun sangat antusias melakoninya.


[1]Ensiklopedi Nasinal indonesia,(Jakarta:cipta Adi pustaka, 1988) hal. 86
[2] Keonjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan (Jakarta: Djambatan, 1971). Hal 282-283
[3] Ensiklopedi Nasinal indonesia,(Jakarta:cipta Adi pustaka, 1988) hal. 86
[4] Ibid hal 86

Tidak ada komentar:

Posting Komentar