salam


Selasa, 22 Oktober 2013

TRADISI TAKBIR KELILING



Tradisi Takbir Keliling Menyambut Hari Raya Idul Adha di Desa Wringin Pitu, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi


 Tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya, secara turun temurun kebiasaan yang diwariskan mencakup berbagai nilai budaya yang meliputi adat istiadat, sistem kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, dan nilai budaya yang menjadi pedoman bertingkah laku, bagi warga masyarakat[1]
Takbir adalah seruan atau ucapan Allahu Akbar 'Allah Mahabesar': menjelang Idulfitri dan Idhuladha orang mengumandangkan takbiran dan pujian kepada Allah dengan menyerukan takbir .
Dari judul diatas  mengenai Tradisi Takbir Keliling Menyambut Hari Raya Idul Adha, yang dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi khususnya masyarakat Desa Wringinpitu. Penulis akan memberikan fieldwork, yang sudah penulis teliti.
 Pada tanggal 15 Oktober 2013 bertepatan dengan malam hari Raya Idhul Adha, suasana Desa Wringinpitu begitu ramai dengan arak-arakan atau takbir keliling yang dilaksanakan oleh warga setempat, acara ini dimeriahkan oleh beberapa atraksi dan hiburan. Acara ini diawali dengan berkumpulnya para masyarakat yang mengikuti takbir keliling mereka berkumpul di halaman Masjid Jami’ Darussalam Wringinpitu, sebelum memulai takbir keliling, acara ini diisi dengan pembukaan dan sambutan-sambutan dari kepala Desa serta pengurus dan panitia yang ikut menyelenggarakan acara tersebut.  Mereka juga diberi araha oleh pemuka agama atau Kyai yaitu Bapak Muh Toha. mereka dihimbau untuk berhati-hati dan melaksanakan takbir keliling dengan tertib, tidak boleh berdesak-desakan, harus sesuai dengan urutan nomer yang sudah diberikan kepada masing-masing kelompok. Dalam acara ini semua peserta takbir kliling berjalan dengan perlahan-lahan dengan mengumandangkan Takbir ( Allahhu Akbar 3X) mengelilingi Desa Wringinpitu, Dusun Bayatrejo dan Dusun Krajan. Takbir keliling dimeriahkan oleh banyak kalangan, antara lain jama’ah yasinan bapak-bapak, jama’ah yasinan ibuk-ibuk, ibu-ibu Pkk, anak-anak TPQ, TPA, SD, MI dan kalangan pemuda Remas.
Tidak kalah hebohnya dalam acara takbir keliling menyambut hari raya id, semua peserta menghiasi kendaraannya dengan ornamen-ornamen dan hiasan yang mewah, ada yang menghiasi kendaraannya dengan ornamen Unta yang terbuat dari gabus seperti zaman Nabi, menghiasi dengan Masjid yang diberi ornamen beberapa ekor kambing, dan menghiasinya dengan lampu warna warni, sehingga terkesan sangat mewah bila di tonton. Bukan hanya itu saja, peserta juga berdandan layaknya Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Nabi Ismail yang sangat memukau. Mereka juga berlomba-lomba mengumandangkan lafadz Takbir dengan suara yang merdu yang dipimpin oleh ketua dari peserta tersubut, sesekali salah satu dari mereka melantunkan takbir yang panjang seperti:
          اللهُ اكبَرُ- اللهُ اَكْبَرُ- اللهُ اكبَرُ لااِلهَ الااللهُ وَاللهُ اكبَرُاَللهُ اكبَرُ وَللهِ الحَمْد
اللهُ اكبَر كَبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا, لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه, مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن, وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون, وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن, وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه, لاالهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْد
Menurut Pak Lukman selaku Panitian dari acara tersebut mengatakan, bahwasanya tradisi Takbir Keliling ini dilakukan setiap Tahun menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, bila sekali tidak diadakan acara seperti ini, maka sangat kurang istimewa dalam menyambut bulan yang penuh berkah, maka dari itu sebisa mungkin acara Takbir keliling selalu diadakan. Apalagi acara ini sangat didukung oleh warga setempat, bahkan warga dari Desa lain pun ikut merayakan acara ini, seperti Desa kampung loro, dan Sidorjo. Yang lebih menarinya lagi dalam takbir keliling ini, diadakan suatu perlombaan dari masing-masing kelompok, yang mana semakin membuat antusias warga untuk mengikutinya. Dalam perlombaan takbir keliling masing-masing juara akan mendapat hadiah berupa Bedug, Karpet, Kipas Angin dan lain sebagainya.
            Setelah berjalan mengelilingi Desa, acara ini berakhir dengan berkumpulnya para peserta di halaman Masjid jami’ Darussalam, untuk menunggu hasil pengumuman pemenang takbir keliling, sesudah pengumuman itu di umumkan beserta pembagian hadiah, maka acara ini ditutup dengan Do’a yang dipimpin oleh Kyai setempat. Acara takbir keliling tidak berakhir begitu saja, masyarakat tidak bergegas langsung pulang kerumahnya masing-masing, akan tetapi mereka menyalakan Mercon dan kembang api bersama-sama menjadi satu, sehingga suasana Desa Wringin Pitu menjadi indah dengan hiasan-hiasan kembang Api.


[1] Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1991), 414.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar