PENDAHULUAN
Bali adalah
nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar
yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali,
wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya,
yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau
Serangan. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota
provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas
penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai
tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, Tradisi dan
adat istidatnya. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu
Pura.
Bali juga akan
kaya dengan pemadangan yang eksotis dan bali juga terkenal dengan berbagai
acara ritual, Tradisi yang kukiuh dipegang dan dijalankan oleh orang-orang atau
penduduk asli bali, banya Tradisi yang dilakukan oleh orang bali seperti Hari Raya Saraswati, Galungan dan Kuningan, Ngaben
dan lain sebagainya. disini pemakalah akan sedikit menguraikan tradisi atau
upacara Ngaben yang mana bisa dikatakan sebagai simbol
peleburan lima unsur badan melalui pembakaran mayat dan penyatuan roh yang
diantarkan oleh lembu dan mantra ke penciptanya atau upacara kematian yang harus dilaukan oleh
orang Bali yang sudah mampu dan berkecukupan.
Dari sinilah
pemakalah akan mengurai lebih panjang lagi yang diawali dengan membahas Tradisi
dan adat istiadat lalu berlanjut pada inti pembahasan yaitu Ngaben
PEMBAHASAN
Dalam kamus
besar bahasa indonesia Tradisi adalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan,
kebiasaan dan ajaran yang turun temurun dari leluhur.
Tradisi disebut juga Urf yaitu segala sesuatu yang
sudah dikenal oleh manusia karena telah menjadi kebiasaan.[1] Tradisi kebiasaan yang diwariskan dari satu generasi
kegenerasi berikutnya secara turun temurun dan kebiasaan yang diwariskan
mencakup berbagai nilai budaya yang meliputi adat istiadat, sistem
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem simbol, sitem kepercayaan dan nilai
budaya yang menjadi pedoman bertingkah laku bagi warga msayarakat, itu semua
adalah warisan yang telah mengalami proses penyerahan dari satu generasi
kegenerasi berikutnya.[2]
A. NGABEN
Ngaben dalam agama Hindu, adalah upacara pembakaran jenazah
atau kremasi. Upacara pembakaran jenazah adalah salah satu upacara persembahan
yang disebut yadnya. Ada lima yadnya, persembahan yang tergolong besar, yaitu
dewa-yadnya, pitra-yadnya, resih yadnya, bhuta-yadya, dan manusa-yadnya.
Ngaben termasuk dalam kelompok persembahan pitra-yadnya,
yaitu persembahan kepada mereka yang meninggal, dengan membakar jenazah itu
bertujuan agar roh dan jasmani orang meninggal dapat segera kembali kemapa maha
atman.[3]
Ngaben
adalah suatu upacara pembakaran mayat yang dilakukan umat Hindu di Bali,
upacara ini dilakukan untuk menyucian roh leluhur orang sudah wafat menuju
ketempat peristirahatan terakhir dengan cara melakukan pembakaran jenazah.
Dalam
diri manusia mempunyai beberapa unsur, dan semua ini digerakan oleh nyawa/roh
yang diberikan Sang Pencipta. Saat manusia meninggal, yang ditinggalkan hanya
jasad kasarnya saja, sedangkan roh masih ada dan terus kekal sampai akhir
jaman. Di saat itu upacara Ngaben ini terjadi sebagai proses penyucian roh saat
meninggalkan badan kasar.
Hari
yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada
hari ini, tubuh jenasah diletakkan di dalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan
di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan
kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu
prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna
mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.
Puncak
acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang
terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk
membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.
Ngaben
tidak senantiasa dilakukan dengan segaera. Untuk anggota kasta yang tinggi,
sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk
anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian,
biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan.
Kata
Ngaben sendiri mempunyai pengertian bekal atau abu yang semua tujuannya
mengarah tentang adanya pelepasan terakhir kehidupan manusia. Dalam ajaran
Hindu Dewa Brahma mempunyai beberapa ujud selain sebagai Dewa Pencipta Dewa
Brahma dipercaya juga mempunyai ujud sebagai Dewa Api. Jadi upacara Ngaben
sendiri adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar
bisa dapat kembali ke sang pencipta, api penjelmaan dari Dewa Brahma bisa
membakar semua kekotoran yang melekat pada jasad dan roh orang yang telah
meningggal.
Upacara
Ngaben ini dianggap sangat penting bagi umat Hindu di Bali, karena upacara
Ngaben merupakan perujudan dari rasa hormat dan sayang dari orang yang
ditinggalkan, juga menyangkut status sosial dari keluarga dan orang yang
meninggal. Dengan Ngaben, keluarga yang ditinggalkan dapat membebaskan roh/arwah
dari perbuatan perbuatan yang pernah dilakukan dunia dan menghantarkannya
menuju surga abadi dan kembali berenkarnasi lagi dalam wujud yang berbeda.
Ngaben
dilakukan dengan beberapa rangkaian upacara, terdiri dari berbagai rupa sesajen
dengan tidak lupa dibubuhi simbol-simbol layaknya ritual lain yang sering
dilakukan umat Hindu di Bali. Upacara Ngaben biasa nya dilalukan secara besar
besaran, ini semua memerlukan waktu yang lama, tenaga yang banyak dan juga
biaya yang tidak sedikit dan bisa mengakibatkan Ngaben sering dilakukan dalam
waktu yang lama setelah kematian.
Pada
masa sekarang ini masyarakat Hindu di Bali sering melakukan Ngaben secara
massal / bersama, untuk meghemat biaya yang ada, dimana Jasad orang yang
meninggal untuk sementara dikebumikan terlebih dahulu sampai biaya mencukupi
baru di laksanakan, namun bagi orang dan keluarga yang mampu upacara ngaben
dapat dilakukan secepatnya, untuk sementara waktu jasad disemayamkan di rumah,
sambil menunggu waktu yang baik. Ada anggapan kurang baik bila penyimpanan
jasad terlalu lama di rumah, karena roh orang yang meninggal tersebut menjadi
bingung dan tidak tenang, dia merasa berada hidup diantara 2 alam dan selalu
ingin cepat dibebaskan.
Pelaksanaan
Ngaben itu sendiri harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan pendeta untuk
menetapkankan kapan hari baik untuk dilakukannya upacara. Sambil menunggu hari
baik yang akan ditetapkan, biasanya pihak keluarga dan dibantu masyarakat
beramai ramai melakukan Persiapan tempat mayat ( bade/keranda ) dan replica
berbentuk lembu yang terbuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni, yang
nantinya untuk tempat pembakaran mayat tersebut.
Dipagi
harinyasaatupacara ini dilaksanakan, seluruh keluargadanmasyarakat akan
berkumpul mempersiapkan upacara. Sebelum upacara dilaksanakan Jasad terlebih
dahulu dibersihkan/dimandikan, Proses pelaksaaan pemandian di pimpin oleh
seorang Pendeta atau orang dari golongan kasta Bramana.
Setelah
proses pemandian selesai , mayat dirias dengan mengenakan pakaian baju adat
Bali, lalu semua anggota keluarga berkumpul untuk memberikan penghormatan
terakhir dan diiringi doa semoga arwah yang diupacarai memperoleh kedamaian dan
berada di tempat yang lebih baik.
Mayat
yang sudah dimandikan dan mengenakan pakaian tersebut diletakan di dalam“Bade/keranda”
lalu di usung secara beramai-ramai, seluruh anggota keluarga dan masyarakat
berbarisdidepan “Bade/keranda”. Selama dalam perjalanan menuju tempat upacara
Ngabentersebut, bila terdapat persimpangan atau pertigaan, Bade/keranda akan
diputar putar sebanyak tiga kali, ini dipercaya agar si arwah bingung dan tidak
kembali lagi ,dalam pelepasan jenazah tidak ada isak tangis, tidak baik untuk
jenazah tersebut, seakan tidak rela atas kepergiannya.Arak arakan yang
menghantar kepergian jenazah diiringi bunyi gamelan,kidung suci.Pada sisi depan
dan belakang Bade/keranda yang di usung terdapat kain putih yang mempunyai
makna sebagai jembatan penghubung bagi sang arwah untuk dapat sampai ketempat
asalnya.
Setelah
sampai dilokasi kuburan atau tempat pembakaran yang sudah disiapkan, mayat di
masukan/diletakan diatas/didalam “Replica berbentuk Lembu“ yang sudah disiapkan
dengan terlebih dahulu pendeta atau seorang dari kasta Brahmana membacakan
mantra dan doa, lalu upacara Ngaben dilaksanakan, kemudian “Lembu” dibakar
sampai menjadi abu. Sisa abu dari pembakaran mayat tersebut dimasukan kedalam
buah kelapa gading lalu kemudian di larungkan/dihayutkan ke laut atau sungai
yang dianggap suci.
KESIMPULAN
Dari pemamaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat di Bali yang saat disakralkan dan
diagungkan, upacara ini adalah ungkapan rasa hormat yang ditujukan untuk orang
yang sudah meninggal. Upacara ini selalu dilakukan secara besar besar dan
meriah, tidak semua umat Hindu di Bali dapat melaksanakannya karena memerlukan
biaya yang tidak sedikit. Semua yang berasal dari sang pencipta pada masanya
akan kembali lagi dan semua itu harus diyakini dan ihklaskan. Manusia di
lahirkan dan kemudian meninggal itu semua erat berhubungan dengan amal
perbuatannya selama di dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar