PENDAHULUAN
Hubungan
antara Timur Tengah dengan Asia Tenggara sudah lama terjalin sebelum Islam
masuk pada awal abad ke-7 M. Hubungan itu dalam bentuk perdagangan yang ramai
antara keduanya melalui pelayaran laut. (Tim Peneliti dan Penyusun Sejarah
Sunan Drajat, 1998 : 9). Bangsa-bangsa Timur Tengah juga telah mengadakan
hubungan perdagangan ke Asia Timur hingga ke Cina, dan sudah bermukim di Kanton
pada awal abad ke-4 M, berarti jauh sebelum lahirnya Islam. Orang-orang Timur
Tengah juga sudah bermukim di pantai Barat Sumatra pada tahun 674 M.
Dalam jalur
perdagangan antara Arab dengan Cina tentunya melalui perairan Nusantara yang
telah ramai perdagangannya. Misalnya Aceh yang telah mengekspor komoditi antara
lain candu, lada, emas, gajah dan gadingnya, minyak, kayu gaharu, dan
lain-lain. (B. Schrieke, 1957 : 248). Dengan demikian hubungan antara
Arab dengan Asia Tenggara telah terjalin lama. Barang dagangan dari wilayah ini
bukan hanya sampai ke Timur Tengah saja, tetapi diteruskan ke Eropa lewat laut
Tengah. Orang-orang Eropa membutuhkan rempah-rempah dari wilayah Nusantara
untuk kepentingan kehidupan mereka, terutama sebagai penghangat tubuh, karena
mereka bertempat tinggal di belahan dunia yang memiliki suhu udara dingin.
Selain hubungan
dagang, hubungan budaya juga terjalin antara Timur Tengah dengan Asia Tenggara,
misalnya dalam bidang tulisan dan bahasa, politik, sosial, ekonomi, seni,
arsitektur, dan agama.
Dibidang tulisan dan
bahasa Arab nampak sekali pada nisan-nisan di makam orang islam, bahkan gaya
tulisannya sudah mengandung gaya yang tinggi, seperti gaya kufi, sebagaimana
yang terpahat pada batu nisan Siti fatimah binti Maimun berangka tahun 475 H
atau 1082 M.
Disini pemakalah akan sedikit menyinggung bagaimana kisah atau
sejarah dari fatimah Binti Maimun beserta peninggalan dan Makam beliau
PEMBAHASAN
A.
Fatimah Binti Maimun
Fatimah
binti Maimun bin Hibatullah adalah seorang perempuan beragama Islam yang
wafat pada hari Jumat, 7 Rajab 475 Hijriyah (2 Desember 1082 M). Batu nisannya
ditulis dalam bahasa Arab dengan
huruf kaligrafi bergaya
Kufi, serta merupakan nisan kubur Islam tertua yang ditemukan di Nusantara. Makam
tersebut berlokasi di desa Leran, Kecamatan Manyar,
sekitar 5 km arah utara kota Gresik, Jawa Timur.
Temuan
batu nisan tersebut merupakan salah satu data arkeologis yang berkenaan dengan
keberadaan komunitas Muslim pertama di kawasan pantai utara Jawa Timur. Gaya
Kufi tersebut menunjukkan di antara pendatang di kawasan pantai tersebut,
terdapat orang-orang yang berasal dari Timur Tengah dan bahwa
mereka juga merupakan pedagang, sebab nisan kubur dengan gaya Kufi serupa juga
ditemukan di Phanrang, Champa selatan.
Hubungan perdagangan Champa-Jawa Timur tersebut adalah bagian dari jalur
perdagangan komunitas Muslim pantai pada abad ke-11 yang membentang di bagian
selatan Cina, India, dan Timur Tengah.
B.
Sejarah
Fatimah
adalah seorang putri cantik jelita anak seorang raja yang berasal dari negeri
Kedah (Malaysia), masih keponakan Maulana Malik Ibrahim. kedatangan Fatimah ke
Pulau Jawa ini atas permintaan Maulana Malik Ibrahim dalam rangka strategi
penyebaran Islam di Jawa Timur. Yaitu akan dinikahkan dengan Raja Majapahit
(Hayam Wuruk/Brawijaya III) yang beragama Hindu supaya bisa di Islamkan.
Kedatangan
Fatimah disertai beberapa orang pengikutnya dengan naik tiga buah perahu. Saat
hendak mendarat salah satu perahu yang berisi perabotan rumah tangga tenggelam.
Lokasi pendaratan rombongan mereka ini dinamakan Leran dalam bahasa Jawa
berarti Leren (berhenti). Dan sekarang menjadi nama desa tempat dimakamkannya
rombongan ini.
Rencana
mengkawinkan Fatimah Binti Maimun Bin Hibatullah dengan raja kerajaan Majapahit
ini gagal. Sebab pernikahan tersebut tidak direstui oleh ayahnya karena ia tak
mau putrinya dikawinkan dengan orang yang beragama Hindu (non Islam). Sehingga
beliau beliau berdo’a kepada Allah agar anaknya meninggal supaya pernikahan
tersebut tidak jadi dilaksanakan.
Mungkin karena
niatan Fatimah Binti Maimun Bin Hibatullah ini ikhlas semata-mata ingin
membantu pamannya dalam mengembangkan syiar Islam yang ada pulau Jawa, maka
meninggalnya dikategorikan sebagai Syahid di jalan Allah SWT. Bahkan hal ini
tersurat dalam tulisan yang ada di batu nisan makamnya.
Siti
Fatimah Binti Maimun juga salah seorang tokoh yang menyiarkan agama Islam di
Jawa. Beliau berasal dari Kedah. Komplek makam Siti Fatimah Binti Maimun
termasuk situs yang disebut dengan Pasucinan. Makam ini terletak di Desa Leran,
Kec. Manyar, kab. Gresik. Makam ini merupakan makam tertua, di komplek makam
ini terdapat Batu Nisan Leran.
Makam
Siti fatimah Binti Maimun berada dalam sebuah cungkup berbentuk empat persegi
panjang dengan atap berbentuk limasan yang mengerucut. Cungkup ini merupakan
bangunan utama dan terbesar. Di dalam cungkup tersebut, selain terdapat makam
Siti Fatimah Binti Maimun, dimakamkan juga empat orang dayangnya, yaitu Nyai
Seruni, Putri Keling, Putri Kucing, dan Putri Kamboja.
Bukti tertua kehadiran
huruf Arab pada fase awal Islam di Nusantara ditemukan di sebuah makam di desa
Leran, 8 Km utara kota Gersik Jawa Timur. Huruf itu terdapat pada Nisan Fatimah
binti Maimun bin Hibatullah. Dia wafat pada hari Jumat 12 Rabiulawal 475
Hijriyah / 1082 Masehi. Penanggalan itu
menunjukkan nisan dipusara anak perempuan Maimun ini merupakan bukti tertua
penggunaan tulisan Arab di Asia Tenggara. Demikian di tuliskan pada buku
panduan pameran Budaya Islam di Aula Institut Agama Islam Negeri (IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta), pada tanggal 11-17 September 1995.
Inskripsi nisan Fatimah terdiri atas tujuh baris, di tulis dengan huruf
Arab dengan gaya Kufi, salah satu ragam kaligrafi, dengan tata bahasa Arab yang
baik. Nisan ini juga memuat ayat Al-Qur’an, antara lain surat Al-Rahman ayat
28-27 dan surat Ali Imron ayat 185. Bersama nisan Maulana Malik Ibrahim, yang
wafat pada 12 Rabiulawal 822 H / 8 April 1419 M, juga dimakamkan di Gresik,
mengukuhkan pendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui Persia dan Gujarat.
Ada juga sarjana yang mengatakan batu nisan tersebut mirip kuil tembok Hindu di
Gujarat.
Prof. DR. PA. Hoesien Djajadiningrat menyatakan, “Bukti agama Islam masuk
ke Nusantara dari Iran (persia), ialah ejaan dalam tulisan Arab, baris di atas,
di bawah, dan di depan disebut jabar, Jer dan Pes. Ini adalah bahasa Iran.
Kalau menurut bahasa Arab, ejaannya adalah Fathah, Kasrah dan Dhammah. Begitu
pula huruf Sin yang tidak bergigi, sedangkan huruf Sin dalam bahasa arab
adalah bergigi, ini adalah salah satu bukti yang terang.”
Cendikiawan Muslim Oemar Amin Hoesin, berpendapat, di Persia itu ada satu
suku namanya “Leren”, suku inilah yang mungkin dahulu datang ke tanah Jawa,
sebab di Giri ada kampung Leren juga namanya. Begitu pula, ada suku Jawi di
Persia. Suku inilah yang mengajarkan huruf Arab yang terkenal di Jawa dengan
huruf Pegon.
Dalam hal ini, Moh. Hari Soewarno mencatat, Leran sebenarnya nama suku di
Iran. mungkin Fatimah berasal dari Parsi, sebab data itu bisa dibandingkan
dengan data lain di Iran sendiri. Di sanapun terdapat desa yang namanya Jawi,
sehingga dapat di tarik kesimpulan, pada abad ke ke 11 itu sudah ada lalu
lintas dagang antara negeri kita dengan negeri Parsi. Peristiwa itu pasti
terjadi berulang-ulang serta di mengerti banyak orang, baik di Jawa maupun di
Iran.
Menurutnya, orang Parsi, yang datang ke Jawa merasa kerasan, lalu menetap.
Sebaliknya orang Jawa yang merasa senang di Iran lalu menetap di sana dan
menamai desanya Jawi – untuk menunjukkan perkampungan orang Jawa disana..
Jadi, dapat disimpulkan, Fatimah binti Maimun adalah orang Parsi yang
menetap di Jawa (tepatnya di Gresik), lalu perkampungannya disana hingga
sekarang terkenal sebagai desa Leran. Lebih jauh diketahui, di Kediri pada Abad
ke 11 sudah banyak orang membuat rumah indah dengan genting warna-warni, kuning
dan hijau. Gaya rumah demikian banyak kita jumpai di Parsi.[1]
Yang unik dari 13 makam tersebut, adalah panjangnya yang melebihi
ukuran normal tubuh manusia. Makam Sayid Kharim, Sayid Dja'far, dan Sayid
Syarif misalnya, panjangnya mencapai sembilan meter dengan lebar dua meter.
Sedangkan, makam Raden Ahmad dan Raden Said, masing-masing
mempunyai panjang enam meter dengan lebar 1,5 meter. "Sebenarnya, postur
tubuh paman maupun penjaga mbah Siti Fatimah seperti kebanyakan orang
Indonesia. Tapi, makamnya dibuat panjang mungkin karena sebuah simbol,
perjuangan untuk menyebarkan agama Islam masih sangat panjang," jelas
Hisyam. Di Desa Leran, kata Hisyam, sebenarnya mereka hanya untuk berhenti
sementara sebelum melanjutkan perjalanan. Karena itulah dinamakan Leran dari
kata leren (Berhenti,Red). Bangunan dalam kompleks pemakaman Siti Fatimah binti
Maimun adalah salah satu bangunan tertua di Gresik. Bangunan di dalam kompleks
dibangun sekitar 1082 Masehi. Bangunan yang termasuk salah satu situs
bersejarah itu, kali pertama direnovasi Balai Besar Trowulan, Mojokerto pada
1979-1982. Di kompleks makam Siti Fatimah ini sekarang memang tidak ditemukan
prasasti. Karena semua prasasti telah disimpan di Museum Trowulan, Mojokerto
dan Museum Sunan Giri. Selain, situs makam Siti Fatimah, ada bangunan lain yang
menunjukkan bahwa Kabupaten Gresik, salah satu kota yang mempunyai peradaban
panjang. Diantaranya, kompleks makam Nyai Ageng Pinatih di Kelurahan Kebungson,
Kecamatan Gresik. Bangunan makamnya terletak sekitar 500 meter dari Pendapa
kantor Bupati Gresik.[2]